Jumat, 13 November 2015

Resensi Novel "Summer Breeze"

Resensi Novel "Summer Breeze" 

Identitas buku

1.      Judul                     : Summer Breeze
2.      Penulis                   : Orizuka
3.      Penerbit                 : Puspa Swara
4.      Tahun terbit           : 2006
5.      Tempat terbit         : Jakarta
6.      Tebal                     : 216 halaman
7.      Ukuran                  : 13 × 19 cm
8.      Jenis cover             : Soft cover
9.      Harga                    : Rp 35.000,-
10.  No. ISBN              : 979 24 4862 4
Sinopsis
Ares dan Orion adalah anak laki-laki kembar. Reina adalah anak perempuan teman bermain Ares dan Orion sewaktu kecil. Mereka bertiga berjanji untuk selalu bersama. Suatu hari mereka membuat surat permohonan yang ditulis di kertas dan dimasukkan ke dalam kaleng biskuit lalu di kubur dibawah pohon akasia di taman dekat rumah mereka, dan akan membaca surat itu sepuluh tahun yang akan datang. Tapi tak lama kemudian Reina pindah ke Amerika karena tugas Ayahnya. Membuat Ares dan Orion kecil sedih dan kehilangan atas kepindahan Reina.
Kini Ares dan Orion sudah remaja, mereka kuliah di tempat yang sama. Ares selalu dianggap bodoh oleh keluarganya, sehingga dia menjadi pemuda yang emosional, skeptis, urakan, dan suka berkelahi, dia mendapat julukan preman kampus. Berbeda dengan Orion, dia mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik dan olahraga, dan dia menjadi bintang di kampusnya dan menjadi kebanggaan orang tuanya.
Perlakuan Ayah sangat berbeda terhadap Ares dan Orion, Ares hanya dianggap pembuat masalah dalam keluarga. Ayah sering memukuli Ares, setiap Ares terlibat masalah tanpa peduli apa masalahnya, sebenarnya Ares tidak seperti yang orang lain kira, dia memang berbeda dengan saudara kembarnya, Ares penderita disleksia, dia merahasiakan dari keluarganya, hanya Ares dan dokter Affandi yang mengetahui hal itu.
Bagi Ares, Reina sudah menghianati janjinya, tidak pernah ada kabar sedikitpun dari Reina. Ares tidak ingin mengingat lagi tentang Reina, dia berusaha melupakannya meskipun dihatinya dia masih mengharapkannya. Sudah sepuluh tahun berlalu, toh Reina tidak datang juga untuk memenuhi janjinya untuk bersama membuka dan membaca surat yang mereka buat seperti janjinya sepuluh tahun lalu.
Orion berhasil menemukan kontak dengan Reina melalui friendster. Mereka menjalin hubungan melalui dunia maya tersebut. Setiap malam dia berusaha menghubungi Reina melalui chat room.
Pagi itu adalah hari ulang tahun Ares dan Orion yang ke 20, Ayah dan Ibu membuat kejutan pada waktu mereka makan pagi bersama, mereka memberikan kado istimewa, Ayah sengaja mendatangkannya lagsung dari Amerika. Kado istimewa itu ternyata Reina yang diundang Ayah untuk bisa datang pada hari ulang tahun Ares dan Orion.
Orion sangat terkejut dan senang sekali atas kedatangan Reina, Reina tumbuh menjadi gadis cantik sekarang. Orion sangat mengharapkan pertemuan ini, karena Orion juga meyayangi Reina. Gadis yang selalu hadir dalam mimpinya dan pikirannya selama ini. Reina pun senang, karena akhirnya bisa bertemu dengan Ares dan Orion.
Meskipun terkejut dan senang, tapi Ares menyembunyikan perasaan itu dan tidak mau menunjukannya kepada Reina, dia masih merasa kecewa, marah karena kepergian Reina saat itu.Reina sedih melihat sikap Ares. Karena sebenarnya alasan Reina untuk bisa datang kembali ke Indonesia adalah Ares. Dia sangat menyayangi dan merindukan Ares.
Selama di Indonesia Reina akan tinggal dirumah mereka. Reina memilih tidur dikamar Ares yang berantakan dan dipenuhi poster-poster penyanyi idola Ares. Pilihan Reina membuat Orion dan Ibu merasa heran, dan membuat Ares kesal.
Orion mengajak Reina untuk menemaninya latihan basket di kampusnya. Orion adalah bintang di teamnya, karena permainannya memang bagus. Ada yang tidak suka atas prestasi Orion, dia Raul pesaing team basket di kampus Orion. Karena sebentar lagi akan diadakan turnamen basket antar mahasiswa. Raul menginginkan dia bisa menjadi kapten di team yang selama ini dipegang Orion.
Raul adalah pengecut yang hanya berani mengeroyok orang yang dianggap menghalanginya dengan menyuruh anak buahnya. Dia juga menyukai Lala gadis cantik dikampusnya yang pernah menjadi kekasih Orion dan dekat dengan Ares.
Reina berusaha menemui Ares, yang sedang main band di cafe bersama teman-temannya malam itu. Reina berhasil pergi tanpa diketahui Orion dan Ayah Ibu, dia menuju cafe dimana Ares sedang bermain band. Ares terkejut dan marah melihat Reina bisa ada di cafe itu. Bagi Reina malam itu adalah kesempatannya untuk mengungkapkan rasa rindu dan sayangnya serta menjelaskan yang telah terjadi selama ini kepada Ares. Reina berhasil meyakinkan Ares, dan akhirnya Ares mempercayai Reina dan kembali bersikap baik.
Malam itu juga dirumah, Ayah Ibu dan Orion menunggu kedatangan Reina. Setelah diketahui Reina datang dengan Ares, tanpa mendengarkan penjelasan dari Reina, Ayah langsung memarahi dan memukul Ares. Keadaan biasa yang sering diterima Ares atas perlakuan Ayahnya itu membuat Reina sedih dan berusaha menjelaskan kepada orang tua Ares bahwa malam itu semua adalah keinginan Reina dan bukan salah Ares.
Tapi itu belum menyelesaikan masalah, Orion masih dendam karena Reina ternyata memilih Ares, dan dia berusaha menghajar Ares, merekapun terlibat perkelahian. Orion bukanlah jago berkelahi seperti Ares. Orion merasa Reina telah direbut ole Ares dengan cara yang licik.
Setelah peristiwa itu, hubungan Ares dan Orion semakin buruk. Mereka tidak pernah bicara satu sama lain. Terlebih Ares melihat Reina sedang menunggui Orion latihan basket di kampus.
Sore itu sepulang dari kuliah, Ares sudah ditunggu oleh Reina dan Orion untuk ke taman dimana mereka pernah membuat surat permohonan yang dikubur dibawah pohon akasia. Mereka akan membacanya bersama. Orion menulis keinginannya untuk menjadi arsitek. Ares menulis keinginannya ’aku pengen pegi ke bufan masa Ayah dan Ibu’, dengan ejaan yang salah, karena saat menulis surat itu, Ares masih mengalami gangguan menulis yang parah.
Membaca surat permohonan itu sekarang benar-benar membuka luka lama buat Ares. Reina sudah diberitahu Ares bahwa dia menderita disleksia, dan itu tidak merubah rasa sayang Reina terhadap Ares. Reina berusaha meyakinkan rasa sayangnya kepada Ares dengan menunjukkan surat yang telah ditulisnya sepuluh tahun lalu, yaitu ’ Reina pengen selalu bersama Ares, habis Reina suka sama Ares!’
Ares merasa perubahan besar dalam hidupnya. Seseorang mengharapkannya. Seseorang memilihnya. Seseorang suka padanya. Seseorang bernama Reina. Gadis yang selama sepuluh tahun ini memenuhi mimpi-mimpinya. Gadis yang sangat diinginkannya lebih dari apapun didunia. Dan sekarang gadis itu ada tepat didepannya.
Ares pun kini mempunyai semangatnya lagi. Dia ingin mewujudkan cita-citanya untuk menjadi pilot. Dia bekerja dan mengumpulkan uang untuk dapat membiayai dirinya masuk sekolah pilot di Deraya, sekolah penerbangan yang ada di bandara Halim Perdana Kusuma. Dia ingin membuktikan bahwa dia mampu mewujudkan cita-citanya.
Turnamen basket antar mahasiswa tinggal beberapa hari lagi. Orion berlatih basket ditemani Reina. Orion mendapat ancaman dari Raul. Raul akan menghabisi Orion jika dia tidak mau menyerahkan gelar kapten team pada Raul. Orion tidak peduli dengan ancaman Raul. Manager team basketpun tetap memilih Orion sebagai Kapten team itu.
Hari yang ditunggu datang juga, Orion siap bertanding di turnamen itu. Reina dan Lala sudah ada di bangku penonton memberi support untuk Orion. Kali ini Orion ingin sekali Ares melihatnya bertanding. Orion mencari Ares diantara penonton, tapi dia tidak mendapatkannya. Orion kecewa, tapi dari tempat tersembunyi ternyata Ares melihat pertandingan basket Orion. Ares bangga, melihat permainan Orion.
Orion bermain full time tanpa diganti untuk beristirahat oleh manager teamnya. Orion kelelahan dengan tenaga yang sudah habis, akhirnya team basket kampus Orion berhasil menang tipis dari team lawan. Tapi kelelahannya terbayar sudah ketika dia melihat Ares ternyata ada disana untuk melihatnya bertanding.
Tapi diantara kebahagian Orion saat itu, Raul yang penuh dendam, bersama anak buahnya sudah siap untuk menghabisi Orion. Raul menemui Orion dan membawanya ketempat yang sudah direncanakan Raul, dimana anak buahnya sudah bersiap menghabisi Orion.
Dalam perjalanan menemui Reina di depan kampus, Ares melihat segerombolan orang berjalan tergesa. Dan dia mengenali orang-orang itu adalah anak buah Raul yang pernah berkelahi dengannya. Ares menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres saat itu, dia teringat pada Orion. Ares mencari Orion dan menemukan Orion sedang di keroyok oleh kelompok Raul. Ares tau Orion bukanlah jago berantem seperti dia. Ares langsung menolong Orion, diapun terlibat dalam perkelahian yang tak imbang itu.
Orion jatuh setelah dipukuli. Orion terus berusaha melawan kelompok Raul. Tanpa diketahui Ares, dari belakang dia diserang oleh lawan yang membawa potongan balok kayu dan memukul kepala Ares. Ares terjatuh berlumuran darah yang keluar dari kepalanya. Reina dan Lala yang sedari tadi hanya bisa melihat dan menanggis, menjerit melihat Ares jatuh tak sadarkan diri.
Ares dibawa ke rumah sakit, dia koma hampir satu jam dan baru siuman dari operasi beberapa hari setelah itu. Dokter menyatakan Ares gegar otak. Ayah sangat sedih, dengan setia Ayah menunggu di sisi Ares sampai Ares tersadar.
Akhirnya Ares membuka matanya, dia sadar dan melihat orang-orang yang disayanginya ada dikelilingnya. Keadaan Ares membuat semua yang ada merasa terharu melihatnya. Reina hampir menangis, namun dia bahagia karena akhirnya dia bisa melihat Ares tersadar dari koma.
Dua bulan setelah Ares diperbolehkan pulang dari rumah sakit, dengan setia Reina mendampinginya. Reina telah membatalkan rencananya untuk kembali ke Amerika sejak peristiwa sore itu. Dia hanya ingin selalu bersama Ares, dan selalu ada untuk Ares. Karena keadaan Ares tidaklah membaik. Tidak seperti Ares yang dulu, kini Ares harus mendapat bantuan orang lain untuk melakukan kegiatannya.
Pagi itu Ares merasa cukup kuat, dia berusaha mengumpulkan segenap tenaganya, agar bisa tampil sehat didepan keluarganya. Dia ingin mengajak Reina berjalan-jalan di taman. Reina terperanjat melihat Ares menggunakan pakaian serba putih. Jelas-jelas bukan yang diinginkan Reina. Ini mengingatkannya pada mimpi buruknya.
Reina denagn takut-takut bergerak kearah Ares, lalu memegang tangannya. Reina benar-benar mempunyai perasaan buruk soal baju ini, tapi melihat kondisi Ares yang benar-benar baik, dia mengusir perasaan itu. Mungkin ini hanya sugesti atau apa.
Ares dan Reina berjalan menuju taman. Reina merasakan hangatnya tubuh Ares. Reina benar-benar senang Ares bisa sesehat ini.
Mereka sampai di taman. Reina melepaskan tangan Ares lalu dia duduk di bawah pohon perjanjian mereka. Kemudian Ares merebahkan diri. Reina merasakan keadaan Ares kembali memburuk. Napasnya tersengal seperti kemarin, dan tak ada lagi senyum cerah di wajahnya. Singkatnya, Ares seperti kembali sakit setelah keluar dari rumah.
Melihat kondisi Ares, Reina mengajaknya pulang. Ares menolaknya. Dia mengulurkan tangan agar Reina menyambutnya. Reina mengikutinya, lalu merebahkan dirinya disamping Ares. Reina bisa mendengar detak jantung Ares, dan kepala Reina bergerak naik turun seiring dengan napas Ares yang cepat.
Ares masih merasakan kesadarannya. Tapi dada dan kepalanya terasa sangat sakit. Reina diam saja sementara mendengarkan detak jantung Ares yang tak beraturan. Reina merasa sudah berbuat bodoh. Harusnya tadi pulang dan meminta bantuan.
Kini Ares merasa sudah merasa tak sanggup menahan sakitnya. Dia berusaha mengatakan sesuatu kepada Reina. Reina tidak mau mendengar apa yang Ares katakan. Dia tidak mau mendengar kata-kata Ares yang lebih terdengar seperti ucapan selamat tinggal. Ares menghela napas, lalu mengumpulkan tenaga lagi, dia mulai bernyanyi.
Reina mendengar setiap kata dari bait-bait lagu Ares yang dinyayikan dengan suara liri. Reina ingin menangis, tapi tak dilakukannya. Reina meresapi kata-kata Ares lagi. Tapi beberapa detik kemudian, reina menyadari sesuatu.
Bahwa tak terdengar apapun lagi di telinga kiri Reina. Tidak terasa lagi gerakan naik-turun dari dada Ares. Reina berharap dia bermimpi. Reina tidak mau melihat wajah Ares. Reina yakin, tak ada apa pun yang terjadi. Reina berharap Ares hanya tertidur.
Tapi Reina tak merasakan detak sekecil apa pun. Reina merasakan sekujur tubuh Ares dingin dan kaku.
Ares sudah meninggal. Ares yang disayanginya sudah meninggalkannya. Reina menangis tanpa bergerak sedikit pun dari dada Ares.
Tak akan ada lagi Ares yang bagai kobaran api. Tapi kenangan tentangnya akan terus berkobar di hati Reina.
Pemakaman Atres sudah berakhir. Ayah dan Ibu masih tampak shock. Kematian Ares yang tak terduga kemarin memang mengejutkan banyak orang. Orion tak menyangka kalau kemarin Ares hanya berpura-pura sehat.
Tapi Orion tak menyesal. Dia sudah berbaikan dengan Ares. Entah mengapa Orion merasa lega sekaligus kehilangan pada saat yang bersamaan. Lega karena akhirnya Ares terbebas dari penderitaannya, kehilangan karena Orion belum sempat menghabiskan banyak waktu bersamanya.
Tadi Ayah dan Ibu sangat terkejut dengan penemuannya dikamar Ares. Mereka menemukan sebuah berkas berlabelkan Deraya, sekolah peenerbangan, yang berisi brosur, copy formulir, dan juga surat pengantar. Semua tak ada yang percaya bahwa Ares memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pilot, dan dia berhasil membuktikan pada semua orang bahwa dia mampu. Ayah sampai menangis karenanya.
Dan seakan belum cukup, dokter Affandi, dokter umum yang dulu sering menerima keluhan Ares, saat datang ke pemakaman mengatakan bahwa Ares pengidap disleksia dari sejak kecil. Jelas, Ayah, Ibu dan Orion shock berat. Selama ini mereka menyangka Ares ank bodoh atau ber-IQ rendah. Dokter Affandi bingung karena tak seorang pun dari keluarga Ares yang mengetahui hal ini. Dan dia segera meminta maaf karena merasatelah menambah kesedihan Ayah dan Ibu.
Ares sering mendapat perlakuan tak adil karena dia menderita disleksia. Ayah lah yang merasa paling menderita dengan berita ini. Dia merasa buruk karena telah salah paham, dan juga tidak memperhatikan tanda-tanda disleksia pada Ares kecil. Ibu juga menderita karena merasa dirinya bukan Ibu yang baik karena tak mengenali tanda-tanda disleksia pada Ares. Orion juga merasa bersalah karena dulu dia malah selalu berusaha menjadi lebih dari ares. Seumur hidup Orion sudah bertarung dengan Ares dalam hal apa pun, tapi pada akhirnya memang ares lah yang pantas menjadi juaranya.
Orion menatap Reina yang masih memandangi pusara Ares yang dipenuhi bunga. Orion tahu Reina pasti sangat terpukul karena kehilangan Ares, karenadialah orang terakhir yang berada di samping Ares menjelang ajalnya.
Sekarang, semua orang sudah pulang, begitu pula Ayah dan Ibu. Yang tertinggal hanyalah Reina dan Orion. Tidak ada yang berbicara diantara mereka selama beberapa menit. Orion dan Reina sIbuk dengan pikirannya masing masing.
Orion memandang Reina yang tampak hampa. Reina meletakkan bunga mawar di atsa pusara Ares. Lalu Reina menatap Orion dengan mata berkaca-kaca. Orion tak membalasnya. Dia memandangi pusara Ares. Orion bergerak mengambil bunga dari keranjang, lalu meletakkannya persis disebelah bunga Reina.
Reina tersenyum, lalu bersama Orion pergi dari pemakaman, meninggalkan cintanya.
Hanya untuk sementara saja, janji Reina.
Unsur intrinstik novel
1.      Tema
·         Seorang anak kembar yang memiliki sifat sangat jauh berbeda 180◦.
·         Perjuangan Ares yang mempunyai penyakit disleksia, namun  ia tetap dapat mengejar cita-citanya.
·         Kesetiaan seorang gadis terhadap teman masa kecil yang ia cintai, meski sudah berpisah 10 tahun lebih.
2.      Tokoh
·         Tokoh utama : Antares
·         Tokoh kedua : Orion
·         Tokoh ketiga : Reina
·         Tokoh pembantu : Tante Risa, Lala, Raul, Dipo, Wanda, Odi
·         Tokoh piguran : Reno, Juanda, Dokter Ardi, Aryo, Heru, Faisal
3.      Penokohan
·         Ares : Preman kampus, skeptis dan emosional. Seumur hidup dicap bodoh oleh semua orang karena ia menderita penyakit disleksia. Bagi keluarganya, masa depan Ares gelap, segelap malam yang paling buta.
·         Orion : Bintang basket, penerima beasiswa, sekaligus cowok popular di kampus, Bagi keluarganya, masa depan Orion cerah, secerah matahari.
·         Reina : Cewek cantik bak bidadari, teman masa kecil Ares dan Orion. Tapi Reina sangat mencintai Ares, saudara kembar Orion.
4.      Alur
Alur maju, dimana novel menceritakan masa kecil Ares dan Orion yang bersahabat dengan gadis cantik bernama Reina, namun Reina harus tinggal di Amerika dan Ia kembali ke Indonesia setelah 10 tahun lebih.
5.      Sudut pandang
Sudut pandang orang pertama
6.      Amanat
·         Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan orang tua tidak boleh membeda-bedakan anak-anaknya.
·         Orang tua harus dapat memahami masalah yang dialami oleh anak-anaknya, karena itu komunikasi didalam keluarga sangatlah penting.
B.     Kelemahan Novel “Summer Breeze”
1.      Kelemahan Sampulnya yaitu :
·         Judul tidak menjelaskan isi novel.
·         Warna sampul bagus, namun tidak cocok dibaca oleh kalangan dewasa
2.      Kelemahan Isinya yaitu :
·         Ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Inggris, sehingga membuat bingung pembaca dalam memahami kata-kata tersebut.
·         Isinya sebagian kecil menceritakan tentang kebiasaan merokok dan perkelahian yang tidak patut di contoh.
C.    Kelebihan Novel “Summer Breeze”
1.      Kelebihan Sampulnya yaitu :
·         Gambar sesuai dengan isi, yaitu seorang gadis dan saudara kembar yang berbeda sifat yang di gambarkan dengan cirri-ciri fisik yang berbeda pula.
·         Warnanya menarik sehingga cocok dibaca oreh kaum remaja.
·         Sampulnya terdapat logo penerbitnya.
·         Bagian belakang sampul terdapat synopsis yang memudahkan pembaca dalam memahami isi novel keseluruhan.
2.      Kelebihan Isinya yaitu :
·         Alurnya jelas, sehingga membuat para pembaca seperti ikut merasakan suasana sesuai dengan isi cerita.
·         Menceritakan tentang kesetiaan dan keteguhan seorang gadis meski sudah berpisah selama puluhan tahun.
·         Isi dari novel tersebut menggunakan kata-kata yang sederhana, sehingga pembaca lebih mudah memahami novel tersebut
D.    Gaya bahasa :
Novel ini menggunakan bahasa modern, ringan namun tetap sanggup menghantarkan makna yang dalam. Penulis juga banyak menyisipkan kata-kata asing sebab ada banyak kutipan lirik lagu yang dimasukkan.
E.     Biografi Penulis
Orizuka (nama asli Okke Rizka Septiani) adalah pengarang novel remaja yang telah menghasilkan 18 karya, di antaranya yaitu Summer Breeze, telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2008.

 Lahir di Palembang 26 tahun silam, penggemar thriller ini senang mempelajari bahasa asing. Selain menulis, di waktu luang ia gemar membaca, menonton, mendengarkan music serta fangirling bersama para Kpoppers. Gadis yang humoris ini kuliah di Komunikasi UGM angkatan 2004. Bola dan basket adalah tontonan favoritnya. Dari SMP udah biasa nulis-nulis, dan beberapa karyanya telah dipublikasikan. Dia juga pernah menjadi juara 2 Lomba Teenlit Puspa Swara.

 

Tentang Asma Nadia

Asma Nadia

Asma Nadia (lahir di Jakarta, 26 Maret 1972; umur 43 tahun) adalah seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan manajer Asma Nadia Publishing House.

Kehidupan pribadi

Asma Nadia merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman yang berasal dari Aceh dan Maria Eri Susanti yang merupakan mualaf keturunan Tionghoa dari Medan. Ia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa, dan seorang adik bernama Aeron Tomino. Mereka bertiga menekuni minat mereka sebagai penulis.
Ia menikah dengan Isa Alamsyah yang juga seorang penulis. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua anak yang bernama Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra. Anak mereka juga berminat menekuni karier sebagai penulis.

Karier

Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena ia harus beristirahat karena penyakit yang dideritanya. Ia mempunyai obsesi untuk terus menulis. Ketika kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis. Di samping itu, dorongan dan semangat yang diberikan keluarga dan orang yang menyayanginya memotivasi untuk terus menulis. Asma tetap aktif mengirimkan tulisannya ke majalah Islam. Sebuah cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat nasional yang diadakan majalah Aninda pada tahun 1994 dan 1995.
Selain menulis cerita fiksi, ia juga aktif menulis lirik lagu. Sebagian lirik lagunya terdapat di album Bestari I (1996), Bestari II (1997), dan Bestari III (2003), Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi, dan Kaca Diri. Ia pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam, bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Dari hasil kegiatan kepenulisan Mastera, ia menghasilkan novel yang berjudul Derai Sunyi. Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah diundang untuk mengisi acara bengkel kerja kepenulisan yang diadakan ICMI, orsat Kairo. Kesibukannya selain sebagai penulis fiksi, ia memimpin Forum Lingkar Pena, sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di seluruh provinsi di Indonesia. Asma juga sering menjadi pemandu acara pada acara yang bernuansa keislaman. Kini, Asma juga aktif dengan pekerjaannya sebagai direktur Yayasan Prakasa Insan Mandiri (Prima). Ia juga sibuk mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui prime kids dan memberi kursus bahasa Inggris.
Karena karya-karyanya, ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai lokakarya yang berkaitan dengan penulisan dan feminisme, baik di dalam dan di luar negeri. Pada tahun 2009 dalam perjalanannya keliling Eropa setelah mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus - September 2009), ia sempat diundang untuk memberikan seminar dan wawancara kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR Gathering), dan Newcastle.
Sejak awal tahun 2009, ia merintis penerbitan sendiri dengan nama Asma Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamualaikum Beijing. Seluruh royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji disumbangkannya untuk sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum Islam untuk menunaikan ibadah haji tapi kurang mampu. Ia juga berprofesi sebagai penulis tetap di kolom resonansi Republika setiap Sabtu.
Ia pernah menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis tamu dalam Iowa International Writing Program, di sana ia sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi undangan membaca cerpen yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, karyanya terpilih untuk ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Iowa, selain berkolaborasi dengan aktor tunarungu Amerika Serikat dalam pementasan di State Department, Washington D.C.
Ia menggemari seni fotografi, dan telah menjelajah 59 negara dan 270 kota di dunia. Melalui Yayasan Asma Nadia, ia merintis Rumah Baca Asma Nadia yang tersebar di seluruh Indonesia, rumah baca sederhana yang beberapa di antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak yatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja yang kurang mampu. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu.

Karya

Buku

  • Assalamualaikum, Beijing!
  • Salon Kepribadian
  • Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera)
  • Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta
  • Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award
  • Rembulan di Mata Ibu (2001), novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional
  • Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002
  • 101 Dating: Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005
  • Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller.
  • Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji dan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah
  • Jilbab Traveler
  • Muhasabah Cinta Seorang Istri
  • Catatan Hati Bunda
  • Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela
  • Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan RCTI
  • Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series: Jilbab In Love:
    • Aisyah Putri: Operasi Milenia
    • Aisyah Putri: Chat On-Line!
    • Aisyah Putri: Mr. Penyair
    • Aisyah Putri: Teror Jelangkung Keren
    • Aisyah Putri: Hidayah Buat Sang Bodyguard
    • Aisyah Putri: My Pinky Moments
Karya yang ditulis bersama penulis lain
  • The Jilbab Traveler
  • Jangan Bercerai Bunda
  • Catatan Hati Ibunda
  • La Tahzan for Hijabers
  • Ketika Penulis Jatuh Cinta
  • Kisah Kasih dari Negeri Pengantin
  • Jilbab Pertamaku
  • Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman
  • Jatuh Bangun Cintaku
  • Gara-gara Jilbabku
  • Galz Please Don’t Cry
  • The Real Dezperate Housewives
  • Ketika Aa Menikah Lagi
  • Karenamu Aku Cemburu
  • Catatan Hati di Setiap Sujudku
  • Badman: Bidin
  • Suparman Pulang Kampung
  • Pura-Pura Ninja
  • Catatan Hati di Setiap Sujudku
  • Mengejar-ngejar Mimpi
  • Dikejar-kejar Mimpi
  • Gara-gara Indonesia
  • Diary Doa Aisyah Putri

Cerita ISLAM dibalik novel Asma Nadia

Cerita ISLAM dibalik novel Asma Nadia

Sepotong Cinta dalam Diam
Karya Asma Nadia dalam kumpulan cerpen Cinta Laki-laki Biasa


Jakarta, tahun pertama

Perempuan,

Kau pasti tahu sakitnya cinta yang tak terkatakan. Cinta yang hanya mampu didekap dalam bungkam.

Kata orang bahkan diam berbicara. Tapi menurutku, hal itu tidak berlaku dalam cinta. Sebab cinta harus diekspresikan dan pantang dibawa diam. Sebab cinta harusnya dinyatakan, lalu dibuktikan dengan sikap. Begitu seharusnya cinta.

Tapi aku memang tidak punya pilihan.

Maafkan!

SEBUAH bingkisan dan sepucuk surat tergeletak di bibir ranjang. Dee memandangnya dengan keingintahuan yang besar. Matanya yang memiliki kelopak indah terbuka lebar. Sementara mulutnya sejak tadi menimbulkan suara gumaman tak jelas. Kedua bola mata gadis itu tak beranjak juga dari bingkisan dan sepucuk surat yang ditempel menyatu dengannya.

Paket kesasar, kalau boleh disebut Dee demikian, diterimanya pagi ini dari tukang pos, lelaki tua yang mengayuh sepeda dengan susah payah. Dee tidak mengerti mengapa lelaki itu masih bersikeras mengantar surat hanya dengan sepeda, sementara tukang pos yang lain telah lama meninggalkan kendaraan antik itu, beralih ke sepeda motor.

“Buat siapa, Pak?”

Tukang pos itu tak menjawab. Hanya memintaku menerima paket kesasar itu.

“Kok nggak ada namanya, Pak? Yakin buat di sini?”

Kali ini Pak Pos menggerakkan telunjuknya pada alamat lengkap yang tertulis di bagian atas amplop yang menempel pada sebuah paket.

Jl. Kebon Kosong Gg. I no 10 A.
Kemayoran, Jakarta Pusat

Dee tersenyum. Kagum dengan konsistensi Pak Pos tua di depannya. Sejak dulu lelaki itu tak pernah banyak bicara. Pekerjaannya sendiri memang hanya mengantarkan surat. Jadi sama sekali bukan kesalahan jika Pak Tua itu melakukannya dengan sedikit bicara atau sekedar menyodorkan amplop. Lagipula tidak akan ada yang memberinya bonus lebih seandainya ia bersikap ramah dan sedikit berbasa-basi.

Dee tidak menyalahkan si tukang pos yang tanpa ragu menyodorkan sebuah bingkisan dengan sepucuk surat menempel di atasnya ke rumah Dee. Sebab alamatnya memang tertera jelas.

Masih dengan segudang rasa penasaran Dee membawa langkahnya masuk ke dalam rumah sambil menenteng paket dari Pak Pos barusan. Lalu gadis berusia duapuluh tiga tahun itu menjatuhkan paket di tangannya ke sofa, tempat tiga gadis lainnya sedang asyik menonton tivi.

Paket meluncur dan jatuh tepat di tengah-tengah sofa. Tiga gadis kaget, melupakan tontonan seru Oprah Winfrey’s Show dan berebut lebih dulu mengambil paket yang jatuh. Andra yang pertama berhasil merebut paket yang jatuh dekat pangkuan Ita. Hiruk-pikuk segera terjadi.

Ita berusaha merebut paket yang jatuh di pangkuannya sebab mengira itu memang ditujukan Dee untuknya. Sementara Anik tidak mau tinggal diam, ikut bertarung. Adegan a la anak kecil itu berlangsung cukup seru, setidaknya di mata Dee. Sayang semua menjadi antiklimaks ketika Andra, Ita, dan Anik tak menemukan nama yang dituju sang pengirim. Amplop yang menempel pada bingkisan itu kosong. Hanya ada sebuah alamat yang ditulis tangan.

Ketiganya lalu mengalihkan pandangan pada Dee yang barusan menjatuhkan badan ke sofa.

“Dee, paket siapa, nih?”

“Kok nggak ada nama pengirimnya?”

“Boro-boro pengirim. Nama yang dituju aja nggak ada!”

Dee tersenyum, menegakkan duduknya. Kepala gadis itu dicondongkan ke depan, hingga berhadapan cukup dekat dengan wajah ketiga temannya.

“Aneh kan?”

Andra, Ita, dan Anik mengangguk.

“Memang aneh!”

Dee menjatuhkan badannya lagi, tertawa geli sendiri.

“Tidak lucu!” Andra serta-merta menukas.

Anik yang tampak berpikir keras menambahi, “Pengirimnya pasti memang ingin membuat bingung kita!”

Ita lain lagi pendapatnya, gadis berkulit hitam manis itu merebut bingkisan di tangan Anik, lalu mendekatkannya ke telinga, sebelum mengembuskan nafas lega. Ia tak mendengar suara detak jam dari dalam bingkisan.

“Aman!”

Kesunyian berlangsung. Tidak terlalu lama sebab Dee yang cerewet dan punya banyak ide langsung mengajukan usul.

“Kita buka saja!”

Tiga gadis sebaya di depannya berpandangan, lalu menggelengkan kepala.

“Kita nggak bisa membuka paket yang bukan untuk kita, Dee. Itu namanya lancang dan tidak amanah!”

Dee diam lagi. Tapi tidak berapa lama mata bulatnya bersinar lagi.

“Kalau begitu kita buka, terus kita bungkus lagi, gimana? Siapa tahu penjelasannya ada di dalam bingkisan ini?”

Andra cepat membantah, “Itu juga nggak boleh Dee. Kita nggak boleh membuka bingkisan ini, kecuali memang yakin milik kita. Siap tahu paket ini nyasar ke alamat sebelah. Mungkin saja kan pengirimnya salah menulis alamat.

Ya, memang mungkin.

Dee mengerutkan kening, bibirnya bergumam tak jelas, khas gadis itu jika sedang berpikir keras.

“Jadi gimana dong?”

Kali ini Ita yang paling tua di antara mereka angkat bicara,

“Kita biarkan dulu tiga hari. Lihat-lihat, siapa tahu Pak Pos kembali dan mengatakan paket ini salah alamat. Simpan saja sementara ini. Ok?”

Dee yang rasa penasarannya sudah melewati ubun-ubun sebetulnya ingin menolak, tapi tak berdaya. Sebab tiga rekannya yang lain sepakat dengan ide Ita. Maka beramai-ramai mereka menaruh paket misterius itu ke atas lemari. Lalu memandanginya lama.

***

Jakarta, tahun ketiga

Perempuan,

Hari-hariku adalah penantian. Perasaan gelisah yang kupikir tidak mungkin ada kini menjadi rutinitas yang harus kuhadapi.

Dulu, aku memang menghindar dari perasaan itu. Jatuh cinta, untuk apa? Aku orang miskin yang harus menyelesaikan sekolah dan seabreg tanggung jawab, sebab Emak, salah satu perempuan yang kuhormati, telah lama ditinggal mati ayah.

Aku tumbuh menjadi lelaki. Sendiri.

Hidupku bagiku merupakan perjuangan keras tanpa batas. Tak jarang aku merasa seperti kapal kecil yang berjalan tanpa rasi bintang. Terapung-apung, sesekali membentur karang, dan harus berbalik arah.

Namun, melihatmu pertama kali di masjid sore itu.
Hatiku begitu saja bicara:
Kau adalah perempuanku. Takdirku!

Untuk pertama kali hidup tak sekadar mengalir.
Sebab kini aku punya cita-cita.

HARI KETIGA, Dee mengangkat paket itu dari atas lemari, lalu menimang-nimangnya. Hatinya menebak-nebak isi bungkusan di tangannya.

Tidak terlalu berat. Tidak sampai satu kilo. Dee tahu pasti sebab barusan ia menaruh bingkisan itu di timbangan. Rasa ingin tahu mendera dara bertubuh jangkung itu. Seharusnya teman-temannya menyetujui usul Dee untuk mencoba menemukan jawaban di dalamnya. Siapa tahu ada label nama pada isi bingkisan itu. Siapa tahu?

Dee menimang-nimangnya lagi, lalu hati-hati meletakkan bingkisan itu di pinggir ranjang. Matanya menyusuri huruf demi huruf tulisan tangan di amplop. Tulisan itu tegas, tegak lurus, dan jelas. Mengingatkan Dee akan tulisan guru-guru bahasa Indonesianya waktu SMA dulu. Tulisan orang zaman dulu, begitu teman-temannya sekelas biasa bercanda.

Pasti penulisnya seorang yang serius, pikir Dee lagi. Tulisan di atas amplop memang jauh dari modern. Begitupun pilihan amplop. Terkesan oldies. Meski begitu entah mengapa itu menyiratkan sesuatu yang dalam.

Dee melihat lebih dekat amplop berwarna biru itu. Tampak guratan-guratan bekas lipitan, juga warna biru yang agak pudar. Seolah surat itu telah menempuh jarak bertahun-tahun sebelum tiba di rumah ini.

Dee tahu, ia tak bisa lagi menunggu.

Tangan gadis itu menyobek pinggiran kertas coklat dan meraih sebuah amplop yang meluncur dari dalamnya. Namun baru sedikit ia membaca, terdengar langkah mendekati kamar. Ketika Dee mengangkat wajah, Andra, Ita, dan Anik menatapnya dengan tangan terlipat di dada, berdiri gagah di pintu. Terlambat, Dee tak sempat menyembunyikan surat yang sedang dibacanya. Tak ada kesempatan lagi. Ita langsung merebut dan mengembalikan surat yang juga tampak lusuh dan penuh lipitan dan menaruhnya di atas bingkisan.

“Curang!”

Anik mengecam Dee. Tidak hanya itu, Andra dan Ita menekuk muka mereka. Kegusaran tergambar jelas, bahkan di dekik pipi Andra yang biasa terlihat ramah.

“Kamu tidak amanah, Dee!”

Duh, kata ajaib itu lagi.

Dee memandang ketiga teman satu kosnya dengan paras merah, seperti maling jemuran yang kepergok. Malu dan tak enak hati.

“Maafkan aku.”

Suasana kaku muncul. Dee tak sanggup berkata apa-apa lagi. Percuma berpanjang-panjang membela diri, toh ia memang bersalah.

Empat orang gadis di dalam kamar termangu.

Bingkisan coklat dan amplop berisi surat tergeletak telentang. Beberapa amplop lagi barusan meluncur dari dalam bingkisan yang sobek. Dee memandangnya dengan perasaan ingin tahu yang lebih besar. Lelaki dan perempuan tanpa nama, kini memetakan sederet tanda tanya di kepalanya.

“Maafkan aku,” Dee memecah keheningan, “tapi tidak mungkin berharap kemajuan hanya dengan menunggu. Sudah tiga hari lebih.”

Dee mulai mendapatkan dukungan. Anik tampak bereaksi. Gadis bertubuh mungil itu manggut-manggut beberapa kali. Sementara Ita dan Andra tampak gelisah. Dee tertawa dalam hati, ia kenal kedua sahabatnya itu. Mereka pasti diam-diam sama penasarannya dengan dirinya. Surat-surat di dalam amplop yang ditulis dengan tinta berbeda itu mustahil dilewatkan begitu saja.

“Surat itu indah, kalian harus membacanya.” Dee kembali memancing.

Andra bangkit, berjalan mondar-mandir. Ita melirik surat yang bagian pinggirnya sudah disobek. Dee sungguh menyebalkan!

Andra menarik nafas panjang. Lucu memang. Bingkisan itu bukan milik mereka. Aneh, bagaimana rasa penasaran mereka terus berkembang seperti balon gas yang diisi udara.

“Masalahnya, kita nggak berhak, Dee. Aku bukannya nggak penasaran. Surat ini, kalau benar indah seperti katamu, hanya milik satu orang. Membacanya lebih dulu akan mengurangi rasa hormat kita terhadap pemilik dan pembuatnya.”

Gagal lagi.

Dee memejamkan matanya. Terbayang sosok lelaki tanpa nama yang menanti di dekat jendela, berharap balasan atas surat yang dikirim. Terlukis seorang perempuan tanpa nama, bertopang dagu, mendekap rindu.

Dee tak sabar!

Tapi ia tak bisa bergerak. Andra, Ita, dan Anik menatapnya dengan mata menukik.

Sebuah bingkisan berwarna coklat dan beberapa pucuk surat. Dee menatapnya tak berkedip.

***

Jakarta, tahun kedelapan

Siapa yang bisa memilih cinta, siapa yang bisa memutuskan kapan cinta harus hadir dan kepada siapa cinta harus tumbuh? Tak ada!

Sebab cinta adalah anugrah. Rahasia-Nya yang unik dan barangkali tak selalu bisa dijelaskan.

Aku mencintaimu, perempuan. Tanpa keraguan. Dan, dengan keyakinan penuh, aku menjatuhkan pilihan.

Dan aku bukan lelaki yang gampang menentukan pilihan atau mengubah pilihan yang telah dibuat. Aku adalah lelaki yang memilih dan sekaligus menerima risiko atas pilihan yang kubuat. Tak ada kata mundur.

Mereka bilang mustahil. Barangkali ada benarnya.

Tapi bukankah Tuhan adalah tempat bagi semua kemustahilan? Itulah kenapa, dalam iman yang tak seberapa selama delapan tahun ini, telah kusandarkan jawaban doa pada-Nya. Cita-cita untuk bisa menjadi tua bersamamu.

Adapun penantian panjang yang kulalui biarlah menjadi bagian sejarah betapapun sakit dan membuatku tersiksa. Memandangmu dalam realita memang perih. Luka di atas luka tersiram cuka.

Untunglah,
Pada malam-malam, engkau milikku.
Meski dalam mimpi yang kata orang semu.

DEE termangu. Andra dan Ita menahan nafas, sementara Anik mengusap airmata.

Tidak penting lagi diceritakan bagaimana akhirnya mereka berempat bisa mendapatkan kata sepakat untuk sama-sama membaca surat itu. Jeleknya lagi dalam alunan ‘Knife’, lagu 80-an yang memerihkan hati.

“Aku penasaran,” Dee tiba-tiba angkat bicara, “sebetulnya apa sih yang terjadi? Kenapa mereka tidak bisa bersatu?” ujar Dee lagi dengan pertanyaan yang sedikit norak dan rada-rada sinetron, tapi sepertinya yang lain tak melihat itu. Mungkin disergap haru.

“Mungkin perempuan itu tidak mencintai dia, Dee,” Ita menjawab.

“Terus?”

“Tapi lelaki itu sudah memilih dan dia terus menunggu sampai si perempuan, suatu hari, mencintainya.”

Anik menggelengkan kepala,

“Mungkin lelaki itu mencintai perempuan yang sudah menikah, makanya jadi mustahil.”

Bodoh! Desis Dee dalam hati. Mengapa membiarkan cinta yang begitu menguras kesedihan tumbuh begitu dalam? Dipertahankan lagi! Tapi cinta memang tak bisa memilih. Dan ternyata itu bukan sekadar judul sinetron atau kalimat-kalimat klise yang bisa ditemukan di buku-buku picisan.

“Aku nggak ngerti, kenapa surat-surat itu tidak pernah diposkan sebelumnya? Begitu banyak berlembar-lembar.”

“Lihat nih,” Andra yang sejak tadi tak banyak bersuara, akhirnya buka mulut, “di surat ini ditulis bahwa sebagian surat yang lain telah rusak dan tak bisa lagi dibaca karena tertelan banjir.”

Lucu juga. Tapi Dee merasa keterlaluan kalau sampai tertawa. Biar bagaimanapun banjir kan tragedi.

Mereka berempat seperti lupa waktu. Sejak tadi masing-masing memilah-milah surat dan membaca sendiri-sendiri. Ada seuatu pada kalimat-kalimat si lelaki yang membuat keempat mahasiswi itu terhipnotis untuk terus mengikuti kisah si lelaki dan perempuan yang sampai sekarang masih tanpa nama.

***

Jakarta, tahun kesebelas

Aku melihatmu hari ini. Indah seperti biasa. Kau mengenakan baju rok n blus bermotif pink dan biru. Dua warna yang menjadi favoritmu.

Sebelas tahun berlalu, perempuan. Kau tetap satu-satunya perempuan yang membuatku sabar dan rajin berdoa.

Waktu memang telah berlalu sangat cepat tanpa bisa dicegah. Harus kuakui itu sama sekali tidak mengurangi keindahan perempuanku. Satu wajah daun sirih yang hitam manis, tawa cerahmu, dan sorot mata keibuan.

Ketika di tempat-tempat lain ketulusan telah menguap dan sulit ditemukan, aku pun datang kepadamu. Sebab pada wajah sederhana namun indah milikmu, kunikmati ketulusan melimpah.

Maka dalam diam harapan kujahit. Suatu hari aku akan di sisimu, saat matahari terbit.

Anik kembali menghapus airmatanya. Andra tampak masih serius dengan sebuah surat di tangannya. Mata sipit memanjang gadis itu menyusuri kalimat demi kalimat. Di sampingnya Ita mengikuti.

***

Jakarta, tahun kelimabelas

Perempuan,

Semoga kau bisa melihat perubahan yang telah kubuat dalam hidup.

Beberapa cerpen telah kutulis, sebagian ada yang telah dibukukan. Terima kasih telah menjadi sumber abadi inspirasiku. Semoga kau tidak keberatan. Selalu kutulis inisial namamu di setiap tulisan. Dengan cara itu aku berusaha terus bersamamu, menjaga cita-cita. Juga kesetiaan.

Aku tidak menyalahkan jika tak ada yang percaya bagaimana aku sebagai lelaki yang memiliki kebutuhan bisa tetap sendiri dan tidak tergoda macam-macam.

Kesalahan mereka adalah mengira aku sendiri. Mereka tidak memahami wajahmu yang menyapaku setiap pagi di komputerku. Mereka tidak melihat fotomu yang terselip di dompetku, meski lusuh dan berukuran sangat kecil (Maafkan aku mengambilnya tanpa meminta. Tapi foto itu telah memberiku banyak energi). Mereka juga tidak tahu sosokmu yang terlukis di dalam hati dan tak pernah pudar, meski belasan tahun berlalu.

Dari jauh kulihat engkau bahagia dengan kehitupanmu. Itu membuatku senang, meski di satu sisi menorehkan luka.

Bukankah cinta harus bahagia atas kebahagiaan yang dicintai, dan tidak membiarkan dirusak ego semata?

Perempuanku,

Kau tidak tahu betapa sulitnya untuk tetap dalam ketulusan. Untuk tidak mengirimkan surat-surat ini padamu sampai waktunya tiba. Untuk menyimpan cinta dalam diam. Dan melewati hari dengan hati teriris-iris oleh rindu, cinta, cemburu.

Pernah aku menangis dan ingin menyerah atas cinta yang Dia pilihkan untukku. Tapi perempuanku juga keajaiban yang dikirimkan Tuhan. Untuk anugrah sebesaritu aku hanya perlu bersabar

Dee meletakkan surat yang membuat dadanya sesak. Berfikir, perempuan itu sungguh beruntung karena mendapatkan cinta begitu besar.

“Bingkisan itu isinya kira-kira apa ya? Gimana kalau kita buka juga?”

Kalimat sekonyong-konyong Dee membuat mata Andra, Ita, dan Anik melotot. Di dalam kertas coklat itu memang terdapat sebuah bungkusan lain yang terbalut kertas koran.

“Baca surat aja udah salah, Dee! Masa kita mau buka bingkisan itu juga.”

“Aku penasaran.”

“Lalu penasaran itu memberimu hak untuk melanggar privacy orang?”

Dee kena batunya. Andra tersenyum puas. Ita dan Anik kembali asyik membaca surat-surat. Belum ada kemajuan. Mereka tak menemukan nama atau petunjuk lain yang lebih spesifik. Padahal setelah membaca surat-surat itu keinginan keempat gadis itu menjadi lebih besar untuk menyampaikan bingkisan dan surat-surat tersebut kepada yang berhak.

Dee memilih sebuah surat, lalu memutuskan membacanya keras-keras.

“Ini surat terbaru dan terpanjang…”

Dee mulai membaca dengan perlahan.

***

Jakarta, tahun kedelapanbelas

Cinta,

Aku harap surat ini sampai padamu. Sekaligus kukirimkan surat-surat sebelumnya yang tak pernah kukirim.

Hanya dua alasan yang membuatku mengirimkan surat ini, beserta sebuah bingkisan yang telah kusiapkan sejak delapan tahun lalu dan selalu kusimpan dengan baik.

Sejak pertama aku mengenalmu, telah kutekadkan untuk menyerahkan semua ungkapan perasaan dan bukti kesungguhanku padamu, jika masanya tiba. Jika Allah memberi pertanda dan membuang satu kemustahilan sehingga aku bisa bersamamu. Kedua, jika aku merasa waktuku akan tiba tak lama lagi.

Tiga tahun ini kesehatanku memang kurang baik. Satu-satunya yang kusesali adalah itu membuatku tak bisa lagi mengejar wajahmu, dan menikmati keindahan dan ketulusan. Hal yang dulu selalu kulakukan, memandangmu dari jauh. Dari depan rumah di mana daun-daun nusaindah terserak. Melihatmu berbicara dan tertawa membuatku merasa hidup.

Barangkali memang harus begini ketentuan Allah. Bahwa selamanya aku hanya bisa memilikimu dalam angan, harapan, dan impian. Tidak lebih.

Tapi, perempuan,

Tak pernah kusesali pilihan yang kubuat. Sebab, bisa memiliki harapan untuk bersamamu lebih dari cukup bagiku. Sebab, seperti yang pernah kukatakan, sebelumnya aku tak pernah punya cita-cita. Dan perempuanku memberiku cita-cita itu.

Aku mencintaimu. Teramat sangat, pada batas terdalam cinta yang mungkin dirasakan seseorang. Dan telah pula kubuktikan semampuku.

Delapanbelas tahun meneropong kebahagiaanmu. Melihat anak-anakmu tumbuh besar, memberiku rasa aman. Sebab, kini aku tahu, sekalipun aku tak ada, mereka akan menjadi perisai dan pelindung yang baik bagimu.

Bingkisan ini harus kusampaikan kepadamu sebagai bagian dari harapan indah yang kubangun.

ENTAH tangan siapa yang memulai menyobek bingkisan dengan sampul kertas koran itu. Di dalamnya tampak sebuah kertas kado dengan bunga-bunga kecil warna pink dan biru.

Semua terpana. Dee menunggu persetujuan Andra, Ita, dan Anik sebelum menyobek kertas kado dan terperangah melihat isinya. Di dalamnya terdapat kotak berisi mukena dan sarung merah jambu berenda, satu Al Quran dan sejumlah uang dalam jumlah yang ganjil. Juga sebuah cincin bermata satu dalam wadah hati berwarna biru.

Dee merasa matanya berair. Anik menghapus airmata yang mengalir deras. Sementara, Ita dan Andra tak urung menitikkan butiran kristal serupa.

Di dekat mereka, surat-surat berbeda tahun tergeletak berantakan di lantai. Sebagian hurufnya ada yang pudar dan tak bisa dibaca, sebagian lagi tertimpa airmata baru yang menetes dari keempat gadis yang meratapi kisah cinta yang lara dari lelaki tanpa nama untuk perempuan tanpa nama.

Bingkisan ini harus kusampaikan kepadamu sebagai bagian dari harapan indah yang kubangun. Dulu aku selalu membayangkan memberikannya langsung kepadamu, sekaligus bersimpuh di lutut dan mengucapkan kata-kata lamaran yang layak dikenang dalam sisa hidup. Melamarmu dalam suasana suci, ketika mencintaiku tidak lagi menjadi halangan bagimu.

Delapanbelas tahun mencintaimu dalam diam. Sebentar lagi mungkin habis waktuku. Tapi tak pernah kusesali hari ketika aku melihatmu di teras masjid.

Terimakasih Tuhan atas cinta sekali yang Kau beri.


Diketik ulang oleh Juli Prasetio Utomo, 27 Juni 2005, dengan pembenahan beberapa ejaan dan tanda baca.

Review Novel "7 Hari Menembus Waktu" by Charon

Review Novel "7 Hari Menembus Waktu" by Charon

 
Sinopsis:Seorang gadis bernama Marissa (Anjani Dina) yang hidup berkecukupan serta memiliki orangtua Ayah (Ferry Salim) dan Ibu (Karina Suwandi) yang baik hati. Selain itu Marissa juga memiliki seorang pacar bernama Michael (Brandon Salim) yang merupakan cowok terganteng disekolahan. Sayangnya Marissa seperti tidak mensyukuri apa yang sudah dimilikinya. Marissa adalah tipikal cewek metropolitan yang kaya dan super manja. Semua permintaannya harus dituruti, baik oleh orangtuanya, temannya maupun pacarnya.  Marissa juga menggunakan Michael untuk melakukam apa yang dia inginkan. Hingga masalah diantara mereka mulai mencuat karena Marissa yang sering memaksakan kehendaknya pada Michael.
Semua berubah ketika pacar Marissa memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka, hal tersebut karena Michael tertarik pada seorang wanita bernama Selina (Indah Permatasari) dan menjadikannya sebagai pacar barunya. Karena hal itu Marissa merasa kesal dan ingin meluapkan emosinya. Di lorong sekolah Marissa menemukan sebuah lukisan antik yang mitosnya lukisan tersebut dapat mengabulkan segala permintaan.
Marissa akhirnya meminta sebuah permintaan kepada lukisan tersebut supaya dia dibawa ke kehidupan baru tanpa ada Michael dan Selina. Keajaibanpun terjadi, permohonan Marissa tersebut dikabulkan oleh Lukisan itu dan Marissa dibawa ke kehidupan lain. Marissa ternyata kembali ke masa lalu, tepatnya ke tahun 1994. Ternyata keinginan Marissa tersebut bukannya membuat Marissa bahagia tetapi malah membuat dirinya merasa stres karena ingin kembali ke jamannya di tahun 2015.
Agar dia bisa kembali ke tahun 2015, dalam 7 hari Marissa harus merubah sikapnya yang seperti itu dan membantu William (Teuku Rassya) untuk melakukan tiga hal yang sangat penting. Tiga hal tersebut yaitu melawan Ben (Ciccio Manassero), membantu mendapatkan hati Cleo (Amanda Rawles) dan terakhir dia harus membantu William berbaikan dengan Tante Sarah (Cynthia Ramlan). Mampukah Marissa melakukannya dan kembali ke tahun 2015?
Review:Film yang diadaptasi dari novel kembali marak belakangan ini. Film drama remaja juga termasuk cukup sering dibuat berdasarkan novel. Beberapa pekan lalu ada LDR produksi Maxima Pictures yang diadaptasi dari novel. Yang terbaru ada 7 Hari Menembus Waktu yang juga diangkat dari novel berjudul sama karya Charon.
Mengangkat tema remaja dan berbagai permasalahannya, 7 Hari Menembus Waktu bisa dibilang cukup berbeda. Film produksi MD Pictures ini menampilkan tema time travel atau menjelajah waktu yang sebenarnya cukup menarik. Ada juga nuansa fiksi-ilimiah yang ditampilkan seperti saat karakter Marissa menembus waktu melalui sebuah lukisan.
Tema seperti ini jarang diangkat di film-film Indonesia, apalagi yang bertema remaja. Karakter Marissa yang diperankan Anjani Dina diceritakan sebagai pelajar SMA di tahun 2015 tapi tiba-tiba kembali ke tahun 1994. Marissa terheran-heran mendapati dirinya berada di tahun tersebut yang tentunya jauh berbeda dengan di tahun 2015. Belum ada media sosial, ponsel apalagi internet di Indonesia saat itu.
Gaya berpakaian di tahun itu pun juga berbeda. Sayangnya, detil yang ditampilkan kurang greget dan terkesan kurang membawa penonton di nuansa tahun 1990-an. Bahkan ada sejumlah properti seperti motor dan mobil yang justru lebih mewakili tahun 1980-an.
Memang bukan hal yang mudah untuk membuat setting suasana puluhan tahun lalu, tapi setidaknya film 7 Hari Menembus Waktu sudah mencoba dengan cukup baik. Yang terasa kurang adalah akting para pemain mudanya yang masih kurang matang. Contohnya Anjani Dina yang gaya aktingnya mengingatkan kita pada Shandy Aulia saat masih remaja.
Rasanya kalau ditangani dengan lebih baik, Anjani dan pemain muda lainnya seperti Teuku Rassya, Ciccio Manassero dan Amanda Rawles bisa tampil lebih baik lagi. Untungnya pemain senior seperti Karina Suwandi dan Ferry Salim tampil lebih lepas meski porsi peran mereka tidak begitu banyak. 7 Hari Menembus Waktu juga mengusung pesan positif.

List film yang diangkat dari novel ternama

List film yang diangkat dari novel ternama

Tahun 2012 terlihat beberapa film indonesia yang diangkat dari novel sukses menarik perhatian penonton, seperti pada postingan kami 2012 : Film Indonesia yang Diangkat dari Novel . Nampaknya hal itu terjadi juga pada tahun 2013 ini, sudah ada beberapa judul novel yang akan menghiasi bioskop tanah air. Untuk info adaptasi novel 2014, bisa baca Film Indonesia yang diangkat dari novel yang akan tayang tahun 2014.
Ada beberapa yang sudah tayang, ada yang baru mulai proses syuting, proses pencarian pemain dan ada juga yang masih dalam negoisasi. Berikut adalah daftar film indonesia yang diangkat dari novel di tahun 2013 :
  1. MIKA
    Novel karya Indi dengan judul “Waktu Aku Sama Mika” ini bercerita tentang gadis skoliosis dan cowok AIDS, yang keduanya saling memberi semangat dan memotivasi. Film ini sudah tayang di bioskop mulai 17 Januari 2013 dan sekarang masih ada dibeberapa bioskop daerah. Film ini dibintangi oleh Vino G Bastian dan Velove Vexia. Film karya Lasja F. Susatyo dan produksi Investasi Film Indonesia & First Media ini mendapatkan penonton sebanyak 160.654 dan masih akan terus bertambah karena masih tayang di beberapa bioskop daerah.
  2. Kata Hati (@KataHatiMovie)
    Buku karya Bernard Batubara ini difilmkan dengan judul yang sama. Film karya Iqbal Rais dan produksi Rapi Film ini akan tayang 14 Februari 2013 di bioskop, siap menemani hari valentine kalian. Film ini diperankan oleh Boy Hamzah, Joanna Alexandra , kimberley Ryder dan lain-lain. Baca Sinopsis Kata Hati.
  3. Rectoverso (@FilmRectoverso)
    Film Rectoverso adalah film omnibus dengan 5 cerita dan 5 sutradara dari beberapa cerita pendek di novel Rectoverso karya Dewi Lestari. Film yang disutradarai oleh Marcella Zalianty, Happy Salma, Rachel Maryam, Chathy Sharon dan Olga Lidya ini penuh bintang, diantaranya ada Acha Septriasa, Lukman Sardi, Asmirandah, Tio Pakusadewo, Prisia Nasution, Fauzi Baadilah dan lain-lain.
    5 cerita yang dikemas dalam judul Rectoverso ini antara lain Malaikat juga tahu, Hanya isyarat, curhat buat sahabat, Cicak di dinding dan Firasat. Film produksi Keana Production & Communication ini berdurasi 110 menit dengan kategori Dewasa akan mulai tayang pada 14 Februari 2013. Baca Sinopsis Rectoverso.
  4. Madre (@Madrethemovie)
    Film dengan judul yang sama yaitu Madre karya Dewi Lestari ini akan tayang 28 Maret 2013. Dalam film ini diperankan oleh Vino G Bastian, Laura Basuki, Didi Petet dan lain-lain. Film ini bercerita tentang roti, ternyata Tansen adalah pewaris biang roti dari kakeknya. Film produksi Mizan Production ini sudah banyak ditunggu-tunggu oleh pecinta buku Madre.
  5. 9 Summers 10 Autumns (@9S10ATheMovie)
    Kisah anak sopir angkot dari kota Batu menjadi direktur di New York. Buku karya Iwan Setyawan ini akan tayang 25 April 2013. Para Pemainnya antara lain Dira Sugandi, Ihsan Tarore, Agni Pratista dan lain-lain. Film ini disutradari oleh Ifa Isfansyah.
  6. Refrain (@FilmRefrain)
    Buku karya Winna Efendi ini akan difilmkan dan diproduksi oleh Maxima Pictures. Film yang disutradarai Fajar Nugros ini baru melakukan persiapan syuting. Pemeran utama dalam film ini adalah Maudy Ayunda dan Afgan Syahreza. Film ini akan tayang mulai 20 Juni 2013 di bioskop.
  7. Ketika Mas Gagah Pergi (@KMGP_Movie)
    Cerita ini diangkat dari Karya Legendaris Bunda Helvy. Beberapa bulan yang lalu tim sedang menyeleksi siapa saja yang akan bermain di film ini. Kita tunggu saja filmnya tahun 2013 ini.
  8. Edensor (@Film_Edensor)
    Novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi ini kabarnya akan difilmkan dengan sutradara Putrama Tuta. Film ini bercerita tentang perjalanan Ikal dan Arai selama berkuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Prancis. Akan tayang di bioskop 24 Desember 2013.
  9. Bangun Lagi Dong Lupus (@Lupustwit )
    Karakter Lupus dengan jambul dan permen karet dulu pernah populer di era 80-an akhir dan awal 90-an. Dan pertama muncul lewat novel karya Hilman Hariwijaya, kemudian diadaptasi dalam bentuk film dan sinetron. Setelah lama menghilang, Lupus akan hadir dengan dandanan baru melalui rumah produksi Komando Picture milik Eko Patrio. Sebelumnya, ada audisi untuk pemeran Lupus, Lulus dan Gusur. Film ini siap tayang pada 4 April 2013. Pemainnya Miqdad Addausy (Lupus) , Jeremia Christian (Gusur) , Mela Austen (Lulu), Acha Septriasa (Poppy).
    Film arahan Benny Setiawan ini kabarnya peran Lupus tak lagi identik dengan Jambul, akan tetapi akan dikemas Lupus ala modern. hmm makin penasaran deh.
  10. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
    Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang diangkat dari novel roman mega best seller karya Prof. Dr. Buya Hamka. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1939, roman ini mengisahkan persoalan adat yang berlaku di Minangkabau dan persoalan kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih. Kabar ini dituliskan oleh Soraya Intercine Films di akun twitter @sorayafilms . Film ini dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce dan Reza Rahadian. Syuting film ini akan dilaksanakan di Makassar, Padang, Surabaya, dan Jakarta .So, jangan sampe ketinggalan infonya ya. Film ini akan rilis 19 Desember 2013.
  11. Air Mata Terakhir Bunda
    Film produksi RK23 pictures berjudul “Air Mata Terakhir Bunda (AMTB)” terinpirasi novel best seller karya Kirana Kejora tayang 3 Oktober 2013. Film ini dibintangi oleh Happy Salma, Vino G Bastian, Rizky Hanggono dan penampilan khusus Marsha Timothy. Film karya Endri Pelita ini sebuah cerita tentang perjuangan seorang ibu dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada anak-anaknya. Lokasi syuting kali ini di Sidoarjo, Jawa Timur. Baca Review Air Mata Terakhir Bunda.
  12. Moga Bunda Disayang Allah
    Buku karya Tere Liye ini akan difilmkan oleh Soraya Intercine Films dan Sunil Soraya Production . Film yang dibintangi Fedi Nuril sebagai Karang ini akan tayang pada 2 Agustus 2013.
  13. La Tahzan (@LaTahzan_movie)
    Film hasil arahan Danial Rifki ini diangkat kelayar lebar berdasarkan inspirasi dari buku best sellerberjudul La Tahzan For Student. La Tahzan dalam bahasa Arab artinya adalah Jangan Bersedih. La Tahzan For Student adalah sebuah kumpulan cerita-cerita inspiratif dan penuh perjuangan berdasarkan kisah nyata pelajar maupun pekerja Indonesia yang berada di Jepang. Film ini diperankan oleh Joe Taslim, Atiqah Hasiholan dan Ario Bayu, Nobuyuki Suzuki, Piet Pagau, Dewi Irawan dan Prilly Latuconsina. Film La Tahzan ini juga menghadirkan lagu milik Almarhum Ustadz Jefry Al Buchory sebagai Original Sountrack. Film ini siap dirilis pada 2 Agustus 2013.
  14. 99 Cahaya Dilangit Eropa
    Novel karya Hanum Salsabeela Rais dan Rangga Almahendra. Film ini sedang proses pencarian pemain via online yang kabarnya akan diproduksi oleh Maxima Pictures.Film ini rencananya akan dibuat 2 bagian, bagian pertama akan tayang pada 5 Desember 2013. Untuk melihat siapa pemain yang memerankan di film ini, bisa dilihat di Daftar pemain 99 Cahaya di Langit Eropa.
  15. Cinta Brontosaurus (@CinBroMovie)
    Buku karya Raditya dika ini akan kembali difilmkan kali ini karyanya yang berjudul Cinta Brontosaurus. Film dengan genre komedi ini diperankan oleh Raditya dika sendiri, hmm seperti apa yaa kisahnya. Film karya Fajar Nugros ini akan rilis 8 Mei 2013 ini.
  16. Manusia Setengah Salmon (@ManusiaSalmon_)
    Buku karya Raditya dika ini akan difilmkan, pemain dan penulisnya akan maen juga di film ini yaitu Raditya dika. Film adaptasi dan skenario oleh Raditya Dika ini akan tayang 10 OKtober 2013.
  17. Adriana (@AdrianaTheMovie)
    Novel karya Fajar Nugros dan Artasya Sudirman ini akan diangkat ke layar lebar. Film dengan sutradara Fajar Nugros ini diperankah oleh Eva Celia Lesmana, Adipati dan Kevin Julio. Adriana, Labirin Cinta di Kilometer Nol ini bercerita tentang indahnya persahabatan dan cinta yang berlatarbelakang sejarah kota Jakarta. Film ini rencananya akan rilis 7 November 2013.
  18. 3600 Detik
    Novel karya  Charon yang berkisah tentang Sandra dan Leon ini akan diangkat ke layar lebar.
    Nah sudah ada beberapa judul novel yang siap menghiasi bioskop tahun 2013 ini. Dan kabarnya Novel Sepatu Dahlan dan Anak Kos Dodol juga akan diangkat ke layar lebar, namun belum ada tanda-tanda kelanjutan kabar ini, kita tunggu saja.

Charon "3600 detik"

Review novel "3600 detk" by Charon

Dari sebuah novel yang cukup terkenal berjudul sama, “3600 Detik” karangan Charon, Nayato is back bitches. I don’t know why but I’m s excited to see this movie. Entah mengapa ketika melihat judul “3600 Detik” di bioskop, saya yang ketika datang tidak ada planning apa-apa untuk nonton apa, saya melihat bahwa terpampang nama “NAYATO” di sebuah poster, dan saya excited. Saya ingin melihat akan seperti apa sebuah novel yang cukup terkenal yang mampu membuat beberapa teman saya menangis hanya dengan membaca akhir dari novel tersebut dan saya hanya penasaran akankah Nayato berhasil menggarap sebuah novel yang sudah terkenal dan sangat digemari oleh banyak orang terutama kalangan remaja. Dan Apakah film ini mampu memuaskan pecinta novel tersebut? Dan Apakah Nayato sudah benar-benar tobat dan apakah film ini menandakan bahwa Nayato benar-benar telah tobat membuat film-film gak penting dan mulai menghasilkan sebuah karya yang layak tonton? We’ll see.“3600 Detik” mengisahkan tentang Sandra (Shae) yang memiliki sebuah hidup layaknya seperti remaja perempuan biasa, Ia memiliki hidup yang cukup baik dan mempunyai hubungan yang begitu dekat dengan sang ayah, namun sayang, lama-kelamaan hidup Sandra berubah menjadi sebuah mimpi buruk bagi dirinya sendiri. Ketika sang Ayah bercerai dengan Ibunya (Wulan Guritno), dan ketika sang Ayah harus dipindah tugaskan keluar negeri dan ketika tidak ada lagi orang yang benar-benar mempedulikan Sandra akibat kesibukan Ibunya dengan pekerjaanya. Sandra berubah menjadi seorang gadis yang tidak peduli dengan dunia, tidak mudah diurus dan berubah menjadi gadis nakal yang seperti tidak punya tujuan hidup. Karena memiliki sebuah kehidupan yang tidak menyenangkan, Ibu Sandra memutuskan untuk pindah untuk mendapatkan sebuah kehidupan yang baru dan berharap agar Sandra mau memaafkan Ibunya. Sandra memulai sekolah barunya. Di sekolah lamanya, ia ditinggalkan oleh teman-temanya, Jadi ia tidak mengharapkan bahwa ia akan mendapatkan teman baru yang akan setia menemaninya karena ia sudah terbiasa sendirian dan sendiri bukanlah hal yang baru bagi Sandra.
Siapa sangka bahwa Sandra ternyata bertemu dengan seorang pria bernama Leon (Stefan William) yang ingin sekali berteman dengan Sandra. Leon dan Sandra memiliki kesamaan, Leon tidak mempunyai teman di sekolahnya, dan hal ini tentu membuat mereka nyambung karena mereka mengalami sebuah masalah yang sama. Hari-hari pertama di sekolah barunya, Sandra sudah melanggar banyak sekali aturan. Sandra bolos sekolah, Ia tidak tampil rapih ketika disekolah dan Ia membawa rokok disekolah dan telat pula. Akhirnya sang guru (Indra Birowo) memutuskan untuk menghukum Sandra sebulan kedepan, bersama Leon. Dan Sandra pun masih tidak mau mematuhinya. Tidak lupa pula bahwa  Sandra memiliki sebuah nilai yang anjlok, berhubung Leon yang selalu meraih rangking teratas, Guru Sandra menugaskan Leon untuk mengajari Sandra agar mendapatkan nilai akademik ynag memuaskan. Tidak disangka bahwa dalam proses pembelajaran Sandra, Sandra menjadi semakin dekat dengan Leon. Dan Leon menjadi seorang pria yang peduli dan untuk pertama kali dari begitu lamanya, Sandra merasa diperhatikan. Hal ini membuat mereka begitu dekat. Namun, kedekatan mereka harus dikejutkan dengan sesuatu yang telah lama Leon simpan yang Sandra tidak ketahui.
Novelnya sendiri membuat saya sungguh bernyawa, walaupun kita bisa menemukan cerita seperti ini di hampir setiap novel bertemakan cinta. Entah mengapa saya melihat bahwa novel “3600 Detik” ini memiliki sebuah hal spesial yang tidak dimiliki oleh novel cinta lainya. Tapi kenapa harus Nayato? Dari sekain banyaknya sutradara mengapa mesti Nayato? Banyak yang mengatakan bahwa filmnya tak seindah dan sesedih novelnya. Blame Nayato for this, he’s the one that ruined the whole thing. Pertama, banyak sekali bloopers. Bloopers everywhere. Jika saja CINEMAGZ mau memperhatikan film ini dan mencari bloopers, butuh satu majalah hanya untuk membahas Bloopers dari film ini. Tidak selebay itu sih. Cuma sangking banyaknya. Pertama, Stefan William is dumb or what, setidaknya jika kamu tidak bisa memainkan sebuah piano tahu lah gimana cara orang memainkanya. Itu seperti hand stretching yang ia lakukan diatas piano, rasanya ingin melempar hape kemuka nya Stefan William. Dan betapa bodohnya lagi tidak ada crew yang menegur nya bahwa cara bermain piano nya painfully wrong. OH. MY. GOD. Dan yang kedua, kita semua tahu bahwa jika kita mengambil foto di Polaroid bahwa butuh waktu yang cukup lama untuk melihat hasil yang baru kita ambil, dan betapa bodohnya di suatu adegan ketika Leon mengambil gambar Sandra ketika ia sedang makan dan Leon bisa langsung melihat walaupun kita penonton sudah lihat jelas-jelas bahwa gambar tersebut berwarna putih polos. Oh. MY. GOD. Part 2. Ketiga, ini memang tidak terlalu obvious namun bagi kita yang memperhatikan mungkin akan terlihat jelas bahwa suatu adegan ketika Ibu Sandra sedang menelepon, well adegan nya sih menelepon tetapi ketika ibunya kaget sih di hapenya sama sekali tidak terlihat bahwa ia sedang menelepon seseorang. OH. MY. GOD. PART 3. Dan yang terakhir betapa menjijikanya melihat bahwa gigi para pemain yang kuning bagaikan tidak menyikat gigi sepuluh tahun. Oh God. That is just disgusting and painful to watch. Saya sih sebenarnya tidak begitu mempersalahkan bloopers di film ini, tetapi kenapa begitu obviosu gitu? Kenapa gak pedulian banget sih? Kenapa harus membuat penonton notice gitu? It’s a shame.
Masalah akting, saya sudah tahu benar kualitas akting Stefan William dan kemampuan aktingnya. Wajah nya jelas membantu Stefan William untuk mendapatkan less-hate. Karena tampangnya yang cute-cute gak jelas membutakan begitu banyak kaum hawa untuk tidak memperdulikan aktingnya yang super kaku dan hanya memandang wajah dari Stefan William. Sebenarnya sih tidak 100% kaku dan kaku banget, Stefan William masih mampu memberikan sebuah akting yang cukup lepas di beberapa adegan. Pendatang baru, Shae juga mampu memberikan sebuah akting yang baik di beberapa adegan terlepas dari suara yang keluar dari mulutnya begitu dibuat-buat dan terkadang aktingnya terlalu berlebihan. Tetapi, saya harus akui bahwa Stefan William dan Shae mampu meyakinkan penonton akan chemistry yang terbangun. They’re so cute together. That is the first thing that I’m not gonna comment and judge. Mereka begitu klop. Saya juga sedikit sedih melihat bahwa Wulan Guritno harus berakting dengan sangat biasa saja, melihat bahwa ia memiliki kemampuan akting yang sungguh baik namun peran nya tidak “mengijinkan” ia untuk tampil baik.
Nayato bisa dibilang telah melakukan segalanya dan mengerahkan segala kemampuanya untuk menggarap sebuah film adaptasi agar paling tidak seindah novelnya dan tidak mengecewakan mereka yang telah membaca novelnya dan menyukainya. Sayangnya, kemampuan Nayato sekali lagi masih dibawah standar. Ia masih belum mampu mengemas “3600 Detik” menjadi sebuah kisah remaja yang menyenangkan dan imut. Memang, beberapa adegan membuat kita tersenyum-senyum, apalagi kita telah melalui waktu-waktu ngeceng lawan jenis, waktu-waktu kita ketika diperhatikan atau kita yang memperhatikan dan waktu dimana kita menyukai seseorang. “3600 Detik” completely all about that. Namun, Nayato tidak men-support semua yang bisa menjadi pegangan untuk membuat “3600 Detik” menjadi lebih “That’s Me!” “Oh my god, that’s so true” dan “Iya banget”. If you know what I mean. “3600 Detik” harus gagal tampil menarik karena begitu banyak kekurangan-kekurangan dari “3600 Detik” yang menurut saya akan membuat pembaca novel nya sendiri kecewa sekali.
Secara keseluruhan, sebuah disgrace bagi novelnya sendiri bahwa ternyata Choran harus menyerahkan dan memberikan tanggung jawab kepada Nayato untuk mengadaptasi novel remaja ini. Sebuah kesalahan yang cukup fatal. Sangat klise dan predictable. “3600 Detik” berjalan begitu cepat bukan karena kita terlalu menikmatinya namun memang hanya seperti film pendek tanpa ada penyelesaian, adegan-adegan pun terasa sangat singkat. Asal lompat sana lompat sini. Konflik yang terlesaikan begitu basi dan norak. Dan twist yang berharap akan membuat orang menangis tersedu-sedu namun malah membuat penonton mengatakan “Kann…” “Ah! Udah tau” “Pasti, udah kuduga”. Well, “3600 Detik” memang sebasi itu. Stefan William yang tampil lebih comfortable bersama Shae dan Shae yang mengerahkan semua kemampuanya walaupun belum maksimal namun entah mengapa ketika mereka berdua berada dalam satu layar mereka begitu klop. Saya mungkin harus memberikan sebuah pujian terhadap soundtrack dari “3600 Detik” yang menurut saya sangat catchy. Saya tidak akan menyarankan agar anda menyaksikan film ini karena film ini a complete waste of time.

Review "First Girl" Luna Torashyngu

Review Novel First Girl Karya Luna Torashyngu 

Penulis: Luna Torashyngu
Tebal: 380 halaman
Cetakan: 11 Juni 2015
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 55.000
Label: TeenLit
                                                                        ***
Tiara tadinya hanya remaja SMA biasa yang hobi hang-out sepulang sekolah, nongkrong dan jajan di kantin, juga sering ketiduran di kelas saat pelajaran berlangsung.

Tapi hidup Tiara berubah setelah ayahnya terpilih menjadi presiden. Sebagai anak presiden, Tiara mendapat fasilitas pengamanan ketat dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Sejak itu kebebasan Tiara seolah terenggut. Saat hang-out dia selalu dikawal. Sebelum jajan di kantin, makanannya dicicipi lebih dulu oleh pengawalnya. Dan yang bikin Tiara bete, dia nggak bebas lagi ngecengin cowok yang diincarnya.

Tiara protes. Dia berontak. Dan protesnya itu diterima. Tiara lalu mendapat pengawal pribadi yang seusia dengannya, bahkan jadi murid baru di kelasnya.

Namanya Aster, bukan remaja biasa, dan telah terlatih mengawal anak presiden.

Bisakah Tiara menerima Aster sebagai pengawal pribadinya? Dan mampukah Aster melindungi Tiara saat dia tahu ada pihak lain yang mengincar Tiara?
                                                                     ***
Tiara yang seperti remaja kebanyakan langsung menjadi spesial setelah ayahnya menjadi presiden terbaru dari NKRI. Demi keselamatannya, Paspampres pun menjadi pengawal Tiara. Merasa berlebihan, Tiara pun mengadukan ketidaksetujuan, dan pengawal Tiara pun diganti menjadi anggota dari organisasi Jatayu.

Tiara memiliki dua sahabat, Nita dan Santi. Tiara juga sedang mendekati salah seorang kakak kelasnya bernama Rio. Banyak hal yang dilakukan oleh Tiara dan Kak Yama, salah seorang anggota Jatayu juga, untuk bisa membuat Tiara senang, walau itu artinya harus mengorbankan posisinya sebagai anggota Jatayu.

Apakah kelanjutan dari kisah mereka? Lalu, siapa dalang dibalik semua kejadian-kejadian yang menimpa mereka di kemudian hari?
                                                                     ***

Saya baru pertama kali ini membaca buku karya Kak Luna, dan saya suka. Sudah jarang sekali buku TeenLit yang menampilkan genre action-thriller karena rata-rata cerita TeenLit tentang cinta-cinta melulu, jadi bagi saya membaca buku ini sangat seru. Saya mengetahui cerita FG ini dari buku kumcer 11 Jejak Cinta, dan saya berniat untuk membelinya, karena kelihatannya buku ini seru sekali. Walau akhirnya saya me-request buku ini ke perpustakaan di sekolah saya dan akhirnya saya hanya meminjam buku ini.

Awalnya, plot cerita yang sangat nempel di dalam kepala saya adalah cerita FG di dalam buku 11 Jejak Cinta, namun ketika saya mulai membacanya, ceritanya beda sekali dengan apa yang disajikan dalam buku 11 Jejak Cinta, saya rasanya seperti membaca buku lain, namun awalannya masih sama, seorang anak presiden yang dikawal oleh anggota Paspampres.

Cerita yang disajikan dalam buku FG ini sangat menantang, karena biasanya buku bergenre action membutuhkan banyak tokoh, dan itu berarti kita harus menghafal nama-nama tokohnya, otak kita juga dibuat berpikir terus karena ternyata orang di balik kecelakaan-kecelakaan yang menimpa Tiara adalah orang yang berkhianat di Jatayu. Intinya, buku ini memang cocok sebagai action thriller.

Penceritaannya pun dapat dirasakan, walau banyak hal yang saya belum mengetahui, dan saya rasa Kak Luna sukses dalam penceritaan, karena terasa perempuan, walau sebenarnya Kak Luna adalah seorang pria. Jadi, untuk kalian yang belum tahu, Luna Torashyngu adalah pen name.

Namun, saya kurang suka, dengan sikap Tiara, dia terlalu manja dan lebay, karena ia mau semua permintaannya dikabulkan. Cover buku ini juga saya rasa tidak terlalu sama dengan budaya Indonesia, karena dari TK, SD, SMP, sampai SMA, pelajar tidak diperbolehkan memiliki warna rambut yang dicat atau apa pun, kecuali kalau pelajar tersebut memang memiliki darah asing dalam keturunannya. Dan juga coba saja typo-nya dikurangkan.

Yang membuat saya penasaran adalah kenapa judulnya First Girl? Dan seperti buku-buku Kak Luna, akan ada kelanjutan untuk buku FG, diberi judul Second Heart, dan katanya siap terbit tahun ini juga! Jadi, untuk kalian yang memang pecinta karya-karya Kak Luna (LUNAR), kalian harus siap-siap menabung, lantaran nanti bisa-bisa bukunya bisa menjadi seperti Omen Series karya Kak Lexie Xu.
 


Review Novel Lovasket 4 by Luna Torashyngu

Review Novel Lovasket 4 by Luna Torashyngu

Review:

Vanya punya hampir semua yang diinginkan cewek-cewek seusianya. Cantik, langsing, jago nari, dan bisa nyanyi. Karena itulah dia terpilih menjadi anggota VENUS, girl band yang sedang naik daun. Tapi semua itu ternyata nggak membuat Vanya bahagia. Sebenarnya hanya satu keinginan Vanya, yaitu bermain basket. Sayang, dia nggak gampang mewujudkannya karena dilarang keras oleh mamanya tanpa alasan yang jelas.

Vega adalah kapten tim basket cewek SMA Charisty. Sebagai kapten, Vega tentu saja berusaha agar timnya bisa berprestasi. Kata “menyerah” nggak ada dalam kamus Vega. Dengan berbagai cara dia berusaha mewujudkan cita-citanya, termasuk merekrut pemain baru agar tim basket cewek SMA Charisty bisa berprestasi dalam kejuaraan basket antar-SMA se-Jabodetabek. Salah satu pemain yang coba direkrutnya adalah Vanya.

Mulanya Vanya menolak masuk tim. Tapi suatu peristiwa tragis menimpa Vega. Kini Vanya harus memilih: kariernya sebagai penyanyi, atau menggantikan posisi Vega?






Sinopsis:
Vanya punya hampir semua yang diinginkan cewek-cewek seusianya. Cantik, langsing, jago nari, dan bisa nyanyi. Karena itulah dia terpilih menjadi anggota VENUS, girl band yang sedang naik daun. Tapi semua itu ternyata nggak membuat Vanya bahagia. Sebenarnya hanya satu keinginan Vanya, yaitu bermain basket. Sayang, dia nggak gampang mewujudkannya karena dilarang keras oleh mamanya tanpa alasan yang jelas.

Vega adalah kapten tim basket cewek SMA Charisty. Sebagai kapten, Vega tentu saja berusaha agar timnya bisa berprestasi. Kata “menyerah” nggak ada dalam kamus Vega. Dengan berbagai cara dia berusaha mewujudkan cita-citanya, termasuk merekrut pemain baru agar tim basket cewek SMA Charisty bisa berprestasi dalam kejuaraan basket antar-SMA se-Jabodetabek. Salah satu pemain yang coba direkrutnya adalah Vanya.

Mulanya Vanya menolak masuk tim. Tapi suatu peristiwa tragis menimpa Vega. Kini Vanya harus memilih: kariernya sebagai penyanyi, atau menggantikan posisi Vega?


wah sayang banget nih, aku belum sempat baca karena bukunya punya temenku hehe,,
kayaknya tambah seru aja nih. tokoh utamanya gantikah? kok nama Vira nggak muncul. entahlah langsung baca aja ya haha...

Review Novel Lovasket 6 Game Over by Luna Torashyngu

Review Novel Lovasket 6 Game Over by Luna Torashyngu


Sebagai pelatih, Vira menghadapi dua pertandingan besar. Tim SMA Charisty akan menghadapi Turnamen Basket SMA se-Jawa-Bali dan tim Putri Srikandi akan menghadapi pertandingan ekshibisi melawan tim WNBA, Dallas Thunder.

Masing-masing tim dan pertandingan memiliki masalah pelik. Tim SMA Charisty harus menghadapi tim-tim tangguh dari berbagai kota di Jawa dan Bali. Jalan Vanya dan teman-temannya untuk meraih juara tidaklah mulus. Apalagi salah satu peserta turnamen adalah SMA Altavia Bandung yang telah berulang kali menjadi juara dan sudah pasti menjadi lawan terberat yang akan dihadapi SMA Charisty.

Sementara itu, menjelang pertandingan, tim Putri Srikandi sama sekali belum solid. Bianca, Hera, Stella, dan Rida masih terjebak pada permusuhan serta persaingan masa lalu. Bukan hanya itu, masalah pribadi Vira dengan Kak Aji berimbas pada tugasnya sebagai pelatih. Mampukah mereka mengatasi masalah dan berkonsentrasi menghadapi pertandingan terpenting dalam hidup mereka ini?

Inilah akhir dari Lovasket saga!

review Noel "Lovasket 5" Luna Torashyngu

Review LOVASKET 5

Vanya bimbang. Mantan grup vokalnya, Venus, terancam bubar di puncak kejayaan. Untuk menyelamatkan Venus, Vanya harus mau bergabung kembali. Padahal dia dan tim sekolahnya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen basket antar-SMA se-Jawa-Bali. Bagaimana bisa dia membagi waktu untuk kedua aktivitas yang sangat disukainya tersebut?

Di sisi lain, Vira mendapat tawaran menarik untuk melatih tim yang dirancang untuk melawan salah satu tim WNBA—tim dari asosiasi basket Amerika Serikat. Ini jelas bukan kesempatan yang bisa datang kapan saja.

Tapi, ternyata untuk membentuk tim yang solid Vira harus menghadapi berbagai halangan. Mulai dari mengatur waktu untuk melatih Vanya dan teman-teman di SMA Charisty, sampai perseteruan dan dendam lama teman-temannya sendiri. Satu demi satu orang-orang dan masalah-masalah dari masa lalu Vira datang merongrong. Mulai dari Stella dan Rida yang sekarang menjadi sahabat dekatnya, sampai Bianca dan Hera yang kini menjadi seterunya. Apakah Vira bisa menangani semua masalahnya dengan kepala dingin dan cerdik seperti biasa? Apakah kali ini tim yang dilatihnya bisa meraih kemenangan?

Inilah bagian pertama dari akhir kisah Lovasket saga.
 
All your need Blogger Template by Ipietoon Blogger Template